Yayasan Puisi Esai Denny JA akan Luncurkan Buku Puisi Esai "Prasasti Para Penyaksi"

Drs. Akaha Taufan Aminudin, Ketua SatuPena Jatim Perkumpulan Penulis Indonesia. (Foto: doc. Pribadi)
SITUBONDONWS - Persatuan Penulis Indonesia Satupena Jawa Timur bergerak pesat ikut meramaikan Bulan Puisi Esai yang diselenggarakan pada Desember 2022. Karya puisi esai 10 penulis anggota SATUPENA ditambah satu puisi esai karya Koordinator Wilayah JAWA termuat dalam buku antologi yang akan diterbitkan Satupena Pusat dalam waktu dekat ini.
Ketua Umum SATUPENA Provinsi Jawa Timur Drs. Akaha Taufan Aminudin menyaksikan dan terlibat langsung, terpilih dalam buku antologi puisi esai khusus.
Mereka menulis puisi esai yang bertolak dari fakta sosial dan pernah diberitakan di media massa. Peristiwa yang menyentuh batin dan rasa kemanusiaan.
“Puisi esai yang mereka tulis beragam bentuknya. Namun, tetap mengacu pada kriteria puisi esai yang diberikan pelopornya, Denny JA,” ujarnya.
Puisi esai mereka, lanjut dia, ditulis bagaikan kisah atau cerita pendek. Ada tokoh, dialog, plot, dan konflik. Ada catatan kaki yang menunjukkan adanya fakta dan telah diberitakan di media massa kredibel.
Menurut Akaha Taufan Aminudin, yang sangat menggembirakan, dari 10 penulis terpilih itu, tidak semuanya senior. Bahkan ada generasi milenialnya, muda, dan cukup berbakat. Ada yang dosen, mahasiswa, wartawan, karyawan swasta, dan guru. Mereka menunjukkan potensinya sebagai penulis puisi esai.
Menurut Ketua Umum Perkumpulan Penulis Indonesia Satupena Pusat Denny JA, ada 13 provinsi yang terlibat dalam penulisan puisi esai. Kalau masing-masing provinsi ada 10 penulis, maka 130 orang plus para Ketua Satupena di 13 provinsi melahirkan 130 puisi esai.
“Ini jelas peristiwa yang menggembirakan dan layak dicatat," ujar Denny JA.
Sementara itu menurut Denok Kristianti mengatakan,
"Program “Kakak Asuh” dalam penulisan puisi esai, bagi saya merupakan hal baru dan otentik dalam memasyarakatkan puisi esai. Program ini merupakan pengejawantahan dari semboyan puisi esai itu sendiri: Membawa Puisi ke Tengah Gelanggang. Awalnya saya keder juga ketika ditunjuk sebagai “Kakak Asuh” yang harus memilih 10 orang dari beberapa wilayah di Indonesia untuk menjadi “Adik Asuh”, lalu melakukan pendampingan berupa sosialisasi tentang tata cara menulis puisi esai, dan memberikan masukan-masukan untuk perbaikan. Yang saya khawatirkan, tidak mudah mencari 10 orang untuk bergabung, lebih-lebih untuk menjadi “murid” saya. Jelas Mbak Dhenok Kristianti Koordinator Wilayah JAWA di sela - sela zoom meeting beberapa waktu lalu.
Masih menurut Denok Kristianti menambahkan, bahwa,
Ternyata, apa yang dia kira sulit itu, tidak terjadi.
"Malah sebaliknya, sambutan antusias saya terima. Ketika saya mengajak Akaha Taufan Aminudin (seorang pegiat sastra di Jawa Timur), Beliau menunjukkan minat yang besar, bahkan mengajak serta beberapa kawan. Jika tidak dihentikan pendaftarannya, pasti dalam grup saya lebih dari sepuluh orang yang mengikuti program ini. Dan mereka tidak hanya dari Jawa Timur, namun juga ada yang dari Bali, DIY Jogjakarta, DKI Jakarta bahkan dari Jepang. Singkat cerita, grup terbentuk dan komunikasi intens terbangun melalui WA dan beberapa kali lewat Zoom meeting. Pada kesempatan itulah “Kakak Asuh” ini menyosialisasikan puisi esai, memberikan contoh-contoh, membaca puisi esai hasil karya para anggota, memberi masukan untuk revisi, dan sebagainya," ujar penyair wanita asal DIY Jogjakarta itu.
Dan inilah hasilnya: “Prasasti Para Penyaksi”.
Saksi 1: Akaha Taufan Aminudin – Tragedi pertandingan sepak bola di Kanjuruhan Malang, Jawa Timur, menjadi pelajaran berharga bagi aparat dan masyarakat pecinta bola, agar tragedi serupa tidak terulang.
Saksi 2: Anies Septivirawan – Kota Situbondo perlu berbenah untuk menemukan jati dirinya, terutama di bidang seni dan budaya.
Saksi 3 dan Saksi 6: Basuki dan Oka Swastika Mahendra – Keduanya menjadi saksi betapa kekuasaan bisa sangat berbahaya jika disalahgunakan. Mereka menyoroti kasus penembakan Brigardir Joshua.
Saksi 4: I Gede Pandega Wirasabda – Saksi milenial ini mengungkapkan jati diri generasi abad XXI. Kebanggaan, kehampaan, “perseteruan” dengan para tua, dan semangat mereka sebagai pewaris teknologi digital.
Saksi 5: Nanang Sudjianto – Menyesalkan para pemimpin yang antikritik, yang korup, yang tak mempedulikan rakyat; padahal rakyatlah yang telah mendudukkan mereka di kursi terhormat.
Saksi 7: Sabatina Rukmi Widiasih – Pelecehan dan kekerasan seksual yang dialami seseorang dapat berakibat fatal pada psikologi korban. Karena itulah saksi 7 mengutuk dengan keras kejahatan yang berpotensi merusak jiwa ini.
Saksi 8: Slamet Hendro Kusumo – Sikap antitoleransi tak seharusnya ditunjukkan karena itu hanya mendatangkan konflik. Lebih-lebih saat negeri berduka, seperti pada tragedi gempa di Cianjur, menunjukkan kebencian pada pemeluk agama lain hanya menambah penderitaan.
Saksi 9: Tan Tjin Siong – Persoalan bantuan tunai langsung (BLT) yang tak tepat sasaran, hanya karena data KTP yang dinilai kurang sesuai. Akibatnya, si tokoh puisi esai yang mengalami kebangkrutan, tak dapat menikmati BLT yang sangat ia butuhkan.
Saksi 10: Yani Andoko – Guru honorer, dengan gaji sangat kecil, mustahil mampu mencukupi kebutuhan keluarga secara layak. Kesaksian yang sangat mengharukan tentang kehidupan seorang guru bersama anak semata wayangnya yang sudah tak ber-ibu.
Saksi 11: Dhenok Kristianti – Sebuah kesaksian tentang kehidupan seorang pegawai rendahan yang kena pemutusan hubungan kerja (PHK). Penokohannya sangat tipikal, nyaris karikatural, menggambarkan bagaimana “orang bawah” menyiasati sulitnya mendapat nafkah.
Demikianlah sekelumit riwayat “pemuridan” penulisan puisi esai yang tergabung dalam grup saya ini. Semoga para pembaca dapat memetik nilai-nilai yang terkandung dalam setiap puisi esai yang dihadirkan.
"Harapan saya, puisi esai menjadi salah satu pilihan teman-teman dalam mengekspresikan kegelisahan tentang berbagai peristiwa. Kita adalah para saksi. Siapa tahu kesaksian kita lewat puisi esai, menjadi penunjuk ke arah kebaikan dan kemuliaan," pungkasnya.
Demikian Kata Pengantar Mbak Dhenok Kristianti yang telah di buat di Yogyakarta, 23 Desember 2022
Dari mereka terpilih tersebut, ternyata ada dari kalangan wartawan, dosen, guru, sastrawan , agamawan dan aktivis. Ada yang senior dan ada yang yunior.
Mereka sudah banyak prestasi dan penghargaan yang mereka peroleh di dunia kepenulisan, baik tingkat daerah maupun nasional.
Membaca karya mereka akan lebih banyak tahu betapa ketidakadilan itu muncul tidak hanya dalam relasi kuasa.
Sepuluh orang penulis puisi esai dalam kumpulan puisi ini telah mencoba menyoroti berbagai bentuk realitas faktual kemanusiaan berupa ketidakadilan, kesewenang-wenangan, kekerasan dan pelecehan bahkan ketidakberdayaan yang menyentuh nurani kita secara simbolis, kritis dan tajam.
Semua puisi esai tersebut membuat kita merenung bahkan menangis tanpa bisa lagi mengeluarkan airmata. Silahkan membaca karya mereka nanti kalau sudah diterbitkan, kini dalam proses penerbitan.
Sejak organisasi Satupena didirikan, obsesi program. Salah satunya adalah meningkatkan kesejahteraan penulis. Artinya, Satupena telah memberikan satu lagi bukti manfaat organisasi bahwa menulis itu bisa menghasilkan uang.
Dengan apresiasi Satupena Indonesia ini, tentu memberikan motivasi untuk terus berkarya, menulis. Bagi mereka menulis puisi esai memang yang pertama.
Dengan adanya Bulan Puisi Esai perkembangan WAG SATUPENA JAWA TIMUR berkembang pesat. Terbukti ada tambahan WAG SATUPENA 2 JAWA TIMUR.
Selamat Succesfull Sedulur SatuPena SatuHati SatuJiwa SatuRasa KOMPAK KEBERSAMAAN sepanjang masa Succesfull Sedulur.
Oleh: Drs. Akaha Taufan Aminudin
Editor :Anies Septivirawan