Intip Cikal Bakal Peradaban Manusia, Sebuah Kehidupan Perkampungan di Dusun Pacalan

Dusun Pacalan adalah daerah terpencil yang jauh dari pusat keramaian yang hanya dihuni oleh sekitar kurang lebih 200 kepala keluarga dengan kondisi geografis yang dihimpit oleh gunung 4 penjuru.
Dusun Pacalan adalah daerah terpencil yang jauh dari pusat keramaian yang hanya dihuni oleh sekitar kurang lebih 200 kepala keluarga dengan kondisi geografis yang dihimpit oleh gunung 4 penjuru. Dengan demikian daerah itu tepat berada di kaki 4 bukit, layaknya seperti lembah atau kawah. Berikut ini adalah reportase wartawan situbondonews.co.id/sigapnews.co.id, AKHMAD HENI yang dikemas dalam tulisan berita features.
Pada jaman dahulu kala, ada sepasang insan manusia yang hidup di hutan belantara ini sebagai orang pertama yang membabat kampung ini. Sampai pada saat ini nama mereka masih menjadi sambungan rohani kayakinan masyarakat setempat, beliau bernama kakek Dullah dan nenek Arum.
Namun hingga sampai saat ini makam beliau belum ditemukan keberadaannya. Adapun sesepuh yang pertama kali menginjakkan kakinya di belantara ini adalah Kyai Mas Atmari. Beliau adalah seorang pendatang keturunan Tionghoa Marga Han yang menetap di Kecamatan Prajekan dan menyebarkan agama Islam. Dan Goa kembar yang ada di Pacalan pada saat itu adalah tempat pertapaan/tempat singgah Kyai Mas Atmari. Di Kampung inilah beliau menyebarkan agama Islam juga membabat hutan menjadi sebuah perkampungan yang dinamakan kampung Pacalan. Dan pada akhir hayatnya, beliau wafat di Desa Prajekan Kecamatan Prajekan Kabupaten Bondowoso, Jawa Timur. Sampai sekarang Makam Kyai Mas Atmari masih keramat banyak dikunjungi peziarah lokal maupun manca terutama kaum Tionghoa.
Dan sampai pada saat ini daerah tersebut ( babatan Kyai Mas ) dinamakan Kampung Pacalan, secara administratif masuk Desa Tambak Ukir, Kecamatan Kendit, Kabupaten Situbondo, Jawa Timur. Kampung ini masih tergolong daerah tertinggal baik dari segi infrastuktur, pembangunan,ekonomi maupun kehidupan sosial budaya.
Dipandang dari segi geografis, dusun ini sangatlah jauh dari pusat keramaian, baik dari perkantoran maupun pusat perbelanjaan ( pasar induk). Pembangunan infrasruktur sangatlah minus sekali, sehingga medan akses jalan sangat extrim rawan kecelakaan karena kanan kiri jalan penuh dengan semak belukar dan lubang jalan sepanjang jalan.
Akses jalan menuju kampung tersebut hanya ada 2 jalur alternatif yaitu,j alan dari arah timur jurusan Kabupaten Bondowoso sedangkan jalan dari arah barat jurusan Kabupaten Situbondo, keduanya sama- sama jauh untuk menuju ke pusat keramaian kota. Letak posisi rumah antara warga berkelompok kecil, jadi antara kelompok kepala keluarga sangat berjauhan dari rumah yang satu ke rumah yang lainnya. Bentuk dan motif rumah begitu dominan dengan motif kuno yg sederhana berbahan kayu, hanya 15 persen saja rumahnya yang berbentuk gedung. Semua itu dikarenakan posisi dan kemiringan tanah yang tidak memadai untuk struktur bangunan rumah serta sulitnya bahan baku dalam proses pengiriman akibat akses jalan yg sangat extrim.
Kehidupan masyarakat Pacalan secara ekonomis tergolong makmur karena sumber mata pencaharian tak pernah surut. Pokok penghasilan utama adalah sebagai penghasil batu gampin atau kapur sebagai bahan campuran semen untuk bangunan. Sebagai pengusaha batu gampin, setiap pengusaha pasti punya tungku pembakaran yg sangat luas dengan diameter 2 meter serta dengan kedalaman 3 meter.
Dengan adanya pengusaha gampin yang mayoritas di dusun tersebut sehingga dapat merekrut tenaga kerja yang sangat banyak, mulai dari tenaga penyuplai batu kapur, pemecah batu dan bahan pembakaran yaitu kayu bakar serta tenaga kusus saat proses pembakaran batu gampin.
Itu semua dilakukan secara rutin setiap hari dan berkesinambungan sehingga merupakan sumber pendapatan asli warga dusun Pacalan sebagai penunjang kesejahteraan dalam kehidupan sehari-hari. Selain daripada itu warga juga bercocok tanam seperti tanaman jagung,itupun mengandalkan air tadah hujan setiap musim penghujan. Di musim kemarau warga sudah tidak bercocok tanam lagi.
Seiring dengan kemajuan zaman, warga sempat kehilangan mata pencaharian sebagai penghasil batu gampin/kapur, karena kebutuhan akan kapur sebagai bahan bangunan sudah mulai merosot bahkan menurun drastis.
Dengan demikian warga sempat mengalami masa-masa sulit dalam transisi waktu yang cukup lama. Namun berkat kemajuan tekhnologi pula, seperti listrik masuk desa bahkan akses jaringan komunikasi sperti internet sudah mulai membawa masyarakat ke era modern. Tidak terlalu lama transisi waktu yang dialami warga, langsung ganti profesi sebagai industri kerajinan yang langsung menjamur di dusun Pacalan. Industri ini juga bisa membutuhkan tenaga yang cukup banyak sehingga mampu menunjang pundi-pundi kehidupan bagi masyarakat setempat.
Editor :Anies Septivirawan